ANTOLOGI RUANG RINDU

1.  Batas

setiap orang harus membuat garis pantainya sendiri
tak peduli harus seberapa jauh batas antara langit dan lautnya
bukankah dalam jauh mata beradu
keduanya hanya sebuah titik yang saling bersinggungan
sebegitu rapatnya
kita...
yang dipisahkan ombak disusul debur-deburnya
beserta langit sebiru-birunya
hanya bisa bertemu dalam pandangan
terkurung dalam batas yang memanjang
semua hanya soal waktu
kelak garis itu akan musnah dicekam masa
nanti... debur ombaknya akan menggulung rata
bersemayam dalam langit yang tinggal kemerah marunan
rindu ini hanya soal aku kau dan waktu


2. Waktu

sudah waktunya mengulum kenangan
ketika hujan rintik jatuh semilir angin mengaduh
masa itu penghujung tahun
membawa serat-serat rindu
menemukanmu dalam hempasan petir yang menggelegar lembut
biru syahdu warna udara kutemukan 
bola matamu berbinar tersenyum sedikit mesra
aku pura-pura membuangnya
 di atas kopi yang tersaji beserta adukannya yang khas
menikmati haru biru waktu yang seolah berhenti
kita...
yang berjarak belasan meter diapit kesenyapan
nong nong nong... musik gerimis angin sepoi kilat halilintar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis Membuang Perih 2